300x250 AD TOP

26.3.15

Tagged under: ,

Abu Khudzaifah ibn Uthbah : Meninggalkan kemuliaan dunia demi Islam

Sejarah Sahabat Nabi Lengkap
jejakperadaban.com | Sirah Sahabat Nabi
Abu Khudzaifah ibn Uthbah : Meninggalkan kemuliaan dunia demi Islam

Abu Khudzaifah ibn Uthbah seorang sahabat Nabi yang berasal dari suku Quraisy. Bapaknya adalah Uthbah ibn Rabi dan ibunya adalah Fatimah bint Shafwan ibn Umayyah. Ia termasuk orang yang masuk Islamdi awal dakwah Nabi saw. Bapaknya tidak suka ketika ia masuk Islamdan mengikuti Nabi Muhammad saw., karena ia telah digadang-gadang untuk menjadi pemimpin suku Quraisy. Keimanannya yang teguh mendorongnya keluar dari lingkungan kebangsawanan Quraisy bersama istrinya Sahlah bint Suhail ibn Amr. Ia berhijrah ke Absinia mengikuti anjuran Nabi saw. bersama beberapa sahabat lain.

Perawakannya tinggi dan wajahnya tampan dengan gigi yang gingsul. Pulang dari Absinia, ia bersama istrinya kembali menempuh perjalanan hijrah menuju Madinah.

Abu Khudzaifah setia mengikuti Nabi saw. Ia selalu menghadiri majelis ilmu yang digelar oleh beliau dan tak pernah absen dari peperangan bersama Nabi. Dalam perang Badar, ia memainkan peran penting. Namanya tak dapat dilepaskan dari peristiwa besar dalam sejarah Islam ini. Karena keluarga terdekatnya adalah para pemimpin Quraisy, yaitu Uthbah, pamannya Syaibah, dan saudaranya al-Walid; ketiga orang itu adalah pentolan Quraisy yang maju untuk duel satu-satu dengan kaum Muslimin.

Abu Khudzaifah ingin menghadapi mereka untuk duel, tetapi kemudian terlihat ia ragu maka Rasulullah saw. mencegahnya. Melihat itu, Hindun bint Uthbah, atas perintah Abu Sufyan, mencelanya dan berseru, "Sungguh kau orang yang tidak tahu terimakasih. Orangtuamu telah merawatmu sejak kecil. Saat beranjak dewasa, kau malah berbalik memusuhinya dengan sengit. Sungguh kau tak tahu diuntung. Dasar gingsul jangkung tak tahu untung! Sungguh Abu Khudzaifah adalah manusia yang bejar agamanya!"

Tentu saja ucapan Hindun itu sarat dengan dusta. Abu Khudzaifah adalah orang yang baik dalam beragama; keimanannya kepada Allah dan Rasulullah saw. tak tergoyahkan. Justru, wanita yang mencela itulah yang bejat agamanya. Pada akhirnya, yang mewakili kaum Muslimin berduel bersama ketiga orang tadi adalah; Hamzah, Ali, dan Ubaidah.

Singkat sejarah, setelah kedua pihak selesai berduel dengan kemenangan kaum Muslimin, mereka siap-siap untuk berperang. Rasulullah saw. mengingatkan untuk tidak membunuh beberapa orang di antara kaum Quraisy kecuali terpaksa. Termasuk di antaranya al-Abbas, paman Rasulullah saw.

Ketika mendengar peringatan tersebut, Abu Khudzaifah berkata, "Kita akan berperang dengna kemungkinan membunuh bapak, anak-anak, saudara-saudara, dan keluarga kita, tetapi tidak boleh membunuh al-Abbas? Demi Allah, kalau aku menjumpainya, aku akan menebasnya dengan pedang!"

Ternyata sambaran Abu Khudzaifah itu sampai terdengar kepada Rasulullah saw., yang kemudian beliau memanggil Umar ibn Khaththab, dan menanyakan, "Wahai Abu Hafs, apakah kau mendengar ucapan Abu Khudzaifah yang mengatakan akan menebas paman Rasulullah dengan pedangnya?!"

Umar ibn Khaththab menjawab, "Wahai Rasulullah saw., izinkan aku memenggal lehernya dengan pedang. Demi Allah, ia telah menjadi orang munafik."

Tetapi sesaat sebelum 'kemurkaan' Umar sampai pada leher Abu Khudzaifah, ia menarik ucapannya dan memberikan alasan bahwa kata-katanya terlontar begitu karena ia tengah dihantui rasa takut

Beberapa riwayat mengatakan: Rasulullah saw. bersabda, "Wahai orang yang ragu-ragu, seburuk-buruk ucapan adalah ucapan kalian; kalian mendustakanku ketika orang lain membenarkanku, kalian mengusirku ketika orang lain melindungiku, kalian memerangiku ketika orang lain menolongku. Apakah kini kalian menyadari bahwa apa yang Tuhan kalian janjikan adalah kebenaran?"

Menurut Muhammad Ishaq, sabda Nabi saw., tersebut adalah untuk mengingatkan sahabat-sahabatnya untuk tidak ragu.

Abu Khudzaifah selalu ikut berperang bersama Rasulullah saw. Dia pun ikut bersama Khalid ibn al-Walid menuju medan perang Yamamah, ditemani budaknya yang setia, Salim, untuk memerangi sang nabi palsu, Musailamah al-Kazzab. Allah memenangkan kebenaran di atas kebathilan dan kesesatan. Musailamah --sang nabi palsu- terbunuh dalam peperangan itu. Sama halnya, Abu Khudzaifah dan Salim wafat bersama sejumlah sahabat yang lain.[]

Wallahu a'lam

24.3.15

Tagged under: ,

Abu Hurairah : Otaknya menjadi pembendaharaan wahyu

jejakperadaban.com | Sejarah Sahabat Nabi
Abu Hurairah : Otaknya menjadi pembendaharaan wahyu

Memang benar, bahwa kepintaran manusia itu mempunyai akibat yang merugikan dirinya sendiri. Dan orang-orang yang mempunyai bakat-bakat istimewa, banyak yang harus membayar mahal, justru pada waktu ia patut menerima ganjaran dan penghargaan.

Shahabat mulia Abu Hurairah termasuk salah seorang dari mereka. Sungguh, dia mempunyai bakat luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan/ Abu Hurairah r.a. mempunyai kelebihan dalam seni menangkap apa yang didengarnya, sedang ingatannya mempunyai keistimewaan dalam segi menghafal dan menyimpan. Didengarya, ditampungnya, lalu terpatri dalam ingatannya hingga dihafalkannya, hampir tak pemah ia melupakan satu kata atau satu huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah, ia telah mewakafkan hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah saw. sehingga termasuk yang terbanyak menerima dan menghafal Hadits, serta meriwayatkannya.

Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja menciptakan hadits-hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah saw. mereka memperalat nama Abu Hurairah dan menyalahgunakan ketenaranya dalam meriwayatkan Hadits dari Nabi saw., hingga sering mereka mengeluarkan sebuah "hadits", dengan menggunakan kata-kata: "Berkata Abu Hurairah... "

Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah dan kedudukannya selaku penyampai Hadits dari Nabi saw. menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di habiskan oleh tokoh-tokoh utama para ulama Hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berhidmat kepada Hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan ke dalamnya.

Di sana Abu Hurairah berhasil lolos dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diselundupkan oleh kaum perusak ke dalam Islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya.

***

Ia adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi Islam, dengan segala perubahan mengagumkan yang diciptakannya. Dari orang upahan menjadi induk semang atau majikan.

Dari seorang yang terlunta-lunta di tengah-tengah lautan manusia, menjadi imam dan ikutan; Dan dari seorang yang sujud di hadapan batu-batu yang disusun, menjadi orang yang beriman kepada Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Inilah dia sekarang bercerita dan berkata:

"Aku dibesarkan dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin. Aku menerima upah sebagai pembantu pada Busrah binti Ghazwan demi untuk mengisi perutku. Akulah yang melayani keluarga itu bila mereka sedang menetap; menuntun binatang tunggangannya bila sedang bepergian. Sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Busrah, maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu Hurairah ikutan ummat!"

***

Ia datang kepada Nabi saw. di tahun ke tujuh Hijrah sewaktu beliau berada di Khaibar. Ia memeluk Islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan. Semenjak ia bertemu dengan Nabi saw. dan berbai'at kepadanya, hampir-hampir ia tidak berpisah lagi kecuali pada saat-saat waktu tidur. Begitulah, masa empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah saw., yakni sejak ia masuk islam sampai wafatnya Nabi, pergi ke sisi Yang Maha Tinggi.

"Waktu yang empat tahun itu tak ubahnya bagai suatu usia manusia yang panjang lebar, penuh dengan segala yang baik, dari perkataan, sampai kepada perbuatan dan pendengaran."

***

Dengan fitrahnya yang kuat, Abu Hurairah mendapat kesempatan besar yang memungkinkannya untuk memainkan peranan penting dalam berbakti kepada Agama Allah.

Pahlawan perang dikalangan shahabat, banyak...
Ahli fiqih, juru da'wah dan para guru juga tidak sedikit.

Tetapi lingkungan dan masyarakat memerlukan tulisan dan penulis. Di masa itu golongan manusia pada umumnya, jadi bukan hanya terbatas pada bangsa Arab saja, tidak mementingkan tulis menulis. Dan tulis menulis itu belum menjadi bukti kemajuan di masyarakat manapun.

Bahkan Eropa sendiri juga demikian keadaannya, sejak kurun waktu yang belum lama ini. Kebanyakan dari raja-rajnya, tidak terkecuali Charlemagne sebagai tokoh utamanya, adalah orang-orang yang buta huruf, tak tahu tulis baca, padahal menurut ukuran masa itu, mereka memiIiki kecerdasan dan kemampuan besar.

***

Kembali kita pada pembicaraan untuk melihat Abu Hurairah, bagaimana ia dengan fitrahnya dapat menyelami kebutuhan masyarakat baru yang dibangun oleh Islam, yaitu kebutuhan akan orang-orang yang dapat melihat dan memelihara peninggalan dan ajaran-ajaran Rasulullah saw. Pada waktu itu memang para shahabat mampu menulis, tetapi jumlah mereka sedikit sekali, apalagi sebagiannya tak mempunyai kesempatan untuk mencatat Hadits-hadits yang diucapkan oleh Rasul.

Sebenamya Abu Hurairah bukanlah seorang penulis, ia hanya seorang ahli hafal yang mahir, di samping memiliki kesempatan atau mampu mengadakan kesempatan yang diperlukan itu, karena ia tak punya tanah yang akan digarap, dan tidak punya perniagaan yang akan diurus.

Ia pun menyadari bahwa dirinya termasuk orang yang masuk Islam belakangan, maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti Rasul terus menerus dan secara tetap menyertai majlisnya. Kemudian disadarinya pula, ada bakat pemberian Allah ini pada dirinya, berupa daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin bertambah kuat, tajam dan luas lagi dengan do'a Rasul, agar pemilik bakat ini diberi Allah berkat.

Ia menyiapkan dirinya dan menggunakan bakat dan kemampuan karunia Ilahi untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian.

Begitulah ia mempermahir dirinya dan ketajaman daya ingatnya untuk menghafal Hadits-hadits Rasulullah saw. dan pengarahannya. Sewaktu Rasul telah pulang ke Rafikul'Ala (wafat), Abu Hurairah terus-menerus menyampaikan Hadits hadits, yang menyebabkan sebagian shahabatnya merasa heran sambil bertanya-tanya di dalam hati, dari mana datangnya hadits-hadits ini, kapan didengarya dan diendapkannya dalam ingatannya.

Abu Hurairah telah memberikan penjelasan untuk menghilangkan kecurigaan ini, dan menghapus keragu-raguan yang menulari putra shahabatnya, maka katanya, "Tuan-tuan telah mengatakan bahwa Abu Hurairah banyak sekali mengeluarkan Hadits dari Nabi saw. Dan tuan-tuan katakan pula orang-orang Muhajirin yang lebih dahulu daripadanya masuk Islam, tak ada yang menceritakan hadits-hadits itu? Ketahuilah, bahwa sahabat-sahahabatku, orang-orang Muhajirin itu, sibuk dengan perdagangan mereka di pasar-pasar, sedang sahabat-sahabatku, orang-orang Anshar sibuk degan tanah pertanian mereka. Sedang aku adalah seorang miskin, yang paling banyak menyertai majlis Rasulullah, maka aku hadir sewaktu yang lain absen dan aku selalu ingat seandainya mereka lupa karena kesibukan.

Dan Nabi saw. pernah berbicara kepada kami di suatu hari, kata beliau:

'Siapa yang membentangkan sorbannya hingga selesai pembicraanku, kemudian ia meraihnya ke dirinya, maka ia takkan terlupa akan suatu pun dari apa yang telah didengarya dari padaku,'

Maka kuhamparkan kainku, lalu beliau berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu ke diriku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengar daripadanya. Demi Allah kalau tidaklah karena adanya ayat di dalam Kitabullah niscaya tidak akan kukabarkan kepada kalian sedikit jua pun! Ayat itu ialah:

'Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah Kami nyatakan kepada manusia di dalam Kitab mereka itulah yang dikutuk oleh Allah dan dikutuk oleh para pengutuk (Malaikat-malaikat)'"

Demikianlah Abu Hurairah menjelaskan rahasia kenapa hanya ia seorang diri yang banyak mengeluarkan riwayat dari Rasulullah saw.

Yang pertama: karena ia melowongkan waktu untuk menyertai Nabi lebih banyak dari para shahabat lainnya.

Kedua, karena ia memiliki daya ingatan yang kuat, yang telah diberi berkat oleh Rasul, hingga ia jadi semakin kuat.

Ketiga, ia menceritakannya bukan karena ia gemar bercerita, tetapi karena keyakinan bahwa menyebarluaskan hadits-hadits ini, merupakan tanggung jawabnya terhadap Agama dan hidupnya. Kalau tidak dilakukannya berarti ia menyembunyikan kebaikan dan haq, dan termasuk orang yang lalai yang sudah tentu akan menerima hukuman kelalaiannya.

Oleh sebab itulah, ia harus saja memberitakan. Tak suatupun yang menghalanginya dan tak seorang pun boleh melarangnya hingga pada suatu hari Amirul Mu'minin Umar berkata kepadanya: "Hendaklah kamu hentikan menyampaikan berita dari Rasulullah! Bila tidak, maka akan kukembalikan kau ke tanah Daus!" (yaitu tanah kaum dan keluarganya).

Tetapi larangan ini tidaklah mengandung suatu tuduhan bagi Abu Hurairah, hanyalah sebagai pengukuhan dari suatu pandangan yang dianut oleh Umar, yaitu agar orang-orang Islam dalam jangka waktu tersebut, tidak membaca dan menghafalkan yang lain, kecuali al-Quran sampai ia melekat dan mantap dalam hati sanubari dan pikiran.

Oleh karena ini, Umar berpesan: "Sibukkanlah dirimu dengan Al-Quran karena dia adalah kalam Allah". Dan katanya lagi: "Kurangilah olehmu meriwayatkan perihal Rasulullah kecuali yang mengenai amal perbuatannya!"

Dan sewaktu beliau mengutus Abu Musa al-Asy'ari ke Irak ia berpesan kepadanya: "Sesungguhnya kamu hendak mendatangi suatu kaum yang dalam mesjid mereka terdengar bacaan al-Quran seperti suara lebah, maka biarkanlah seperti itu dan jangan anda bimbangkan mereka  adengan hadits-hadits, dan aku menjadi pendukung anda dalam hal ini."

Al-Quran sudah dihimpun dengan jalan yang sangat cermat, hingga terjamin keasliannya tanpa dirembesi oleh hal-hal lainnya. Adapun hadits, maka umar tidak dapat menjamin bebasnya dari pemalsuan atau perubahan atau diambilnya sebagai alat untuk mengada-ada terhadap Rasulullah saw. dan merugikan Agama Islam.

Abu Hurairah menghargai pandangan Umar, tetapi ia juga percaya terhadap dirinya dan teguh memenuhi amanat, hingga ia tak hendak menyembunyikan suatu pun dari Hadits dan ilmu selama diyakininya bahwa menyembunyikannya adalah dosa dan kejahatan.

Demikianlah, setiap ada kesempatan untuk menumpahkan isi dadanya berupa Hadits yang pernah didengar dan ditangkapnya tetap saja disampaikan dan dikatakannya.

Hanya terdapat pula suatu hal yang merisaukan, yang menimbulkan kesulitan bagi Abu Hurairah ini, karena seringnya ia bercerita dan banyaknya Hadits yang ia hafal, yaitu adanya tukang hadits yang lain yang menyebarkan Hadits-hadits dari Rasul saw. dengan menambah-nambah dan melebih-lebihkan hingga para sahabat tidak merasa puas terhadap sebagian besar dari Hadits-haditsnya. Orang itu namanya Ka'ab al-ahbaar, seorang Yahudi yang masuk Islam.

Pada suatu hari Marwan bin Hakam bermaksud menguji kemampuan menghafal dari Abu hurairah. Maka dipanggilnya ia dan dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk mengabarkan hadits-hadits dari Rasusullah saw. Sementara itu disuruhnya penulis, menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah dari balik dinding. Sesudah berlalu satu tahun, dipanggilnya Abu Hurairah kembali dan dimintanya membacakan lagi Hadits-hadits yang dulu itu yang telah ditulis sekretarisnya. Ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah walau agak sepatah kata pun.

Ia berkata tentang dirinya: "Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal Hadits dari padaku, kecuali Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, karena ia pandai menuliskannya sedang aku tidak."

Imam Syafi'i mengemukakan pula pendapatnya tentang Abu Hurairah: "la seorang yang paling banyak hafal di antara seluruh perawi Hadits sesamanya."

Sementara Imam Bukhari menyatakan pula: "Ada delapan ratus orang atau lebih dari sahabat tabi'in dan ahli ilmu yang meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah."

Demikianlah Abu hurairah tak ubah bagai suatu perpustakaan besar yang telah ditaqdirkan kelestarian dan keabadiannya.

Wallahu a'lam.
Semoga Allah merahmatinya.[]

23.3.15

Tagged under: ,

Mush'ab ibn Umair : Jika bagian kepala (jenazahnya) ditutupi, kakinya terlihat; pun sebaliknya.

Sejarah Sahabat Nabi | jejakperadaban.com
Mush'ab ibn Umair : Jika bagian kepala (jenazahnya) ditutupi, kakinya terlihat; pun sebaliknya.

Mush'ab ibn Umair adalah salah seorang sahabat dari suku Quraisy keturunan Bani Abdari. Ayahnya bernama Umair ibn Hasyim dan ibunya bernama Khunas bint Malik --ibu yang sangat dicintainya yang kemudian serig menekan dan menyiksanya setelah Mush'ab masuk Islam.

Ibunya dikenal sebagai wanita kaya raya. Bahkan, ia tak perlu pikir panjang jika anaknya, Mush'ab meminta sesuatu darinya. Pasti dikehdak-penuhi. Sehingga, pada saat itu Mus'ab dikenal sebagai seorang yang selalu tampil rapi dan wangi, melebihi orang Quraisy pada umumnya. Bahkan, kehadiran pemuda necis ini akan diketahui dari jarak beberapa jauh karena parfum yang diresapkan pada dirinya dapat tercium.

Namun, keadaan itu berubah 180 derajat ketika ia memeluk agama Allah swt. dan meninggalkan aqidah syiriknya. Pada awalnya ia mengunjungi rumah Al-Arqam ibn Abu al-Arqam untuk mendengarkan penuturan Rasulullah saw. tentang Islam. Ketertarikannya itulah yang membawanya memeluk Islam.

Seperti diceritakan sebelumnya, kehidupan Mush'ab sangatlah serba berkecukupan, jauh dari kesulitan, itupun masih terjadi selama ke-Islam-man nya masih dirahasiakan. Tetapi, ketika Utsman ibn Thalhah mengetahui rahasianya dan menceritakan perihal tersebut kepada Khunas, ibu Muhs'ab, yang kemudian secara seketika Khunas mengancam akan menghentikan kucuran harta yang selalu dialirkan pada Mush'ab. Tetapi Mush'ab tetap teguh kepada keimanan yang telah ia pancangkan sekarang. Ibunya tidak tahu bahwa harta takkan bisa mengalahkan kebahagiaan yang dialami Mush'ab ketika menganut Islam.

Akhirnya, Khunas mengurung putranya itu di sebuah ruangan sempit agar ia mau meninggalkan Agama Muhammad saw. Namun, suatu hari penjaga yang ditugaskan untuk mengawasi ruangan tersebut lalai sehingga Mush'ab dapat meloloskan diri, lalu bergegas menemui Rasulullah saw. walaupun harus meninggalkan segala kekayaannya.

Ketika tekanan kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin makin menegang, Rasulullah saw. memerintakan para sahabatnya untuk berhijrah ke Absinia (Habasy) agar mereka dapat beribadah dengan tenang; Mush'ab termasuk salah satu di dalamnya.

Mendengar selentingan bahwa seluruh penduduk Mekkah sudah memeluk Islam seluruhnya, mereka memutuskan untuk kembali ke Mekkah, hingga saat sedang di perjalanan didapati bahwa kabar tersebut adalah bohong. Maka sebagian dari sahabat kembali ke Absinia, dan sebagian lagi tetap melanjutkan ke Mekkah dan meminta perlindungan kepada sanak keluarga mereka secara diam-diam. Mush'ab sendiri memilih untuk melanjutkan perjalanan ke Mekkah karena rasa rindu kepada Rasulullah saw.

Tiba di Mekkah, Mush'ab langsung menemui Rasulullah saw. dan duduk bersama sahabat dengan mengenakan pakaian yang telah lusuh (ada yang mengatakan pakaian yang terbuat dari kulit domba).

Sahabat terkejut melihat penampilan Mush'ab, seorang pemuda necis yang selalu tampil rapi dan parfum yang selalu tercium dari jarak beberapa jauh, kini tampil hanya dengan pakaian yang telah lusuh, pemandangan itu ternyata membuat beberapa sahabat menitikkan air mata.

Rasulullah saw. bersabda, "Mush'ab rela meninggalkan segala kenikmatan dan kemewahan hidup di sisi orang tuanya semata-mata adalah karena Allah dan Rasul-Nya."

Sungguh pakaian lusunya kelak akan diganti dengan pakaian yang jauh lebih mewah dan mulia.

Bintang Mush'ab benderang sejak peristiwa baiat Aqabah pertama, yang kala itu dua belas orang Yatsrib datang menghadap Rasulullah saw. untuk menyatakan ke-Islam-man mereka. Setelah berbaiat mereka meminta Rasulullah saw. untuk mengutus salah seorang -- dari yang telah berislam, untuk menyertai mereka ke Yatsrib; mengajarkan  Islam dan membacakan ayat-ayar suci. Mush'ab dipilih oleh Rasulullah saw. untuk mengemban tugas yang mulia itu.

Di Yatsrib, Mush'ab dikenal dengan sebutan Al-Safir Al-Muqri (Pengembara yang membacakan Al-Qur'an)

Mush'ab mengajarkan islam dengan dakwah sembunyi-sembunyi; menjaga agar pemuka Yatsrib tak merasa dihinakan. Dengan gerakan dakwah yang nyaris tiada kentara, semakin banyak penduduk Yatsrib yang menyatakan ke-Islam-man mereka. Apalagi setelah dua orang pemuka mereka Sa'd ibn Muaz dan Usaid ibn Khudhair juga menyatakan bahwa mereka menjadi Muslim.

Rasulullah tidak pernah benar-benar meninggalkan Mush'ab untuk berdakwah sorang diri. Beliau saw. kerap mengirimi surat tentang apaapa saja yang harus Mush'ab lakukan di Yatsrib. Seperti pada sebuah surat yang dikirimkan, yang bertuliskan, "Perhatikanlah hari yang di dalamnya orang Yahudi membuat keramaian untuk tradisi Sabat mereka. Jika matahari telah tergelincir, menghadaplah kepada ALlah dengan mendirikan shalat dua rakaat dan sampaikanlah khutbah kepada mereka."

Untuk melaksanakan perintah Rasulullah saw. itu, Mush'ab mengumpulkan kaum Muslimin yang saat itu baru berjumlah dua belas orang, di rumah Sa'd Khaitsamah. Itulah shalat jum'at pertama yang didirikan kaum Muslimin sebelum Nabi sendiri melaksanakannya dan sebelum surat al-Jumu'ah diturunkan.

Setelah Rasulullah hijrah ke Yatsrib (Madinah), kaum Muslimin mulai berusaha mengokohkan posisi mereka di antara bangsa-bangsa Arab, dan terlibat dalam beberapa perang kecil maupun besar. Tidak lama, kurang lebih delapan bulan setelah hijrah, kaum Muslimin terlibat peperangan melawan kaum Musyrik di Badar Mush'ab menjadi salah satu jundi dalam perang itu. Para perang berikutnya, yaitu perang Uhud, Mush'an ditugaskan membawa panji Rasulullah saw. Ia gugur sebagai syahid dalam perang tersebut akibat serangan Qamiah al-Laitsi. Ketika hendak dimakamkan, Mush'ab hanya mengenakan pakaian yang sangat pendek, yang jika ditarik untuk menutupi bagian kepalanya maka bagian kakinya terlihat; pun sebaliknya. Maka Rasulullah saw. bersabda, "Tutupilah kepalanya! Dan tutupi bagian kakinya dengan ilalang."

Pada saat itu turun firman Allah:

Di antara orang mukmin itu ada orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)."

Semoga Allah merahmatinya.[]