300x250 AD TOP

2.2.15

Tagged under: ,

Abdullah ibn Amr ibn al-Ash : sangat tekun beribadah

Sejarah Sahabat Nabi Lengkap
jejakperadaban.com | Sejarah Sahabat Nabi
Abdullah ibn Amr ibn al-Ash : sangat tekun beribadah.

Abdullah ibn Amr ibn al-Ash adalah sahabat Nabi saw. yang berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Sahmi. Ayahnya bernama Amr ibn al-Ash, salah seorang diplomat Quraisy ulung yang sempat diutus Quraisy ke negeri Habasyah sebagai intel untuk menarik para Muhajirin yang berhijrah ke negeri Habasy. Ibunya bernama Raithah binti Munabbih ibn al-Hajjaj al-Sahmi. Abdullah lebih dahulu memeluk Islam daripada ayahnya, dan Allah menganugerahinya kecerdasan dan kekuatan hafalan.

Abu Hurairah r.a. pernah berkata, "Tak seorang pun yang melebihi aku dalam hafalan hadits Rasulullah saw. selain Abdullah ibn Amr ibn al-Ash. Ia selalu menulis (hadits) sedangkan aku tidak."

Abdullah sendiri pernah berkata, "Aku menghafal dari Nabi saw. seribu hadits."

Selain seorang sahabat yang terkemuka, Abdullah ibn Amr juga menjadi salah seorang yang sering dimintai pendapat. Ia rajin membaca dan mempelajari berbagai kitab, dan tekun mengaji Al-Quran. Ia pernah meminta izin kepada Nabi saw. untuk menuliskan hadits, dan beliau mengizinkannya. Abdullah berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku menuliskan apa yang aku dengar, baik dalam keadaan ridha maupun marah?"

Rasulullah menjawab, "Ya, aku tidak akan mengatakan kecuali kebenaran."

Ibn Ishaq menuturkan sebuah riwayat dari Abu Burdah dari Abdullah ibn Amr bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, berapa lama (sebaiknya) aku membaca Al-Quran?"

Rasulullah menjawab, "Khatamkan dalam waktu satu bulan."

Abdullah ibn Amr berkata, "Aku mampu lebih dari itu."

Rasulullah menjawab, "Khatamkan dalam waktu 20 hari."

Abdullah ibn Amr berkata, "Aku mampu lebih dari itu."

Rasulullah menjawab, "Khatamkan dalam waktu 15 hari."

Abdullah ibn Amr berkata, "Aku mampu lebih dari itu."

Rasulullah menjawab, "Khatamkan dalam waktu 10 hari."

Abdullah ibn Amr berkata, "Aku mampu lebih dari itu."

Rasulullah menjawab, "Khatamkan dalam waktu 5 hari."

Abdullah ibn Amr berkata, "Sebenarnya aku mampu lebih baik dari itu, tetapi Rasulullah saw. tidak memberi keringanan lagi kepadaku."

Allah menjadikan ummat Muhammad saw. sebagai ummat pertengahan, tidak berlebihan dan tidak melampaui batas. Namun, Abdullah ibn Amr termasuk diantara muslim yang sangat mengutamakan ibadah sehingga cenderung mengabaikan kepentingan diri sendiri dan keluarga. Waktu makan malam ia habiskan untuk berzikir, sementara siang hari ia gunakan untuk berpuasa. Bahkan, ia sering mengkhatamkan Al-Quran hanya dalam waktu sehari semalam. Ia juga sengaja menjauhi keluarganya. Karena itulah ayahnya, Amr ibn al-Ash mengadu kepada Nabi saw. sehingga beliau meraih tangan Abdullah dan diletakkan ke tangan ayahnya, Amr ibn al-Ash, lalu beliau bersabda, "Kerjakanlah apa yang kuperintahkan kepadamu dan taati ayahmu!"

Ketika perang Shiffin meletus, ayahnya yang berada di barisan Muawiyah, mengajaknya bergabung seraya mengungkapkan sabda Nabi saw. yang pernah dikatakan kepada Abdullah, "Taatilah ayahmu!" Maka, dengan sangat berat hati ia mengikuti kemauan Amr ibn al-Ash, meskipun ia tidak ikut bertempur. Ketika Husain ibn Ali mencelanya karena bergabung di barisan Muawiyah, Abdullah berkata, "Demi Allah, aku tidak menghunus pedang, tidak melemparkan tombak, dan tidak melepaskan panah."

Abdullah ibn Amr ibn al-Ash meriwayatkan 700 hadits Rasulullah. Di usia senja ia mengalami kebutaan. Ia wafat pada usia 70 tahun lebih. Ada juga yang mengatakan 90 tahun lebih.

Wallahu a'lam. Semoga Allah merahmatinya.[]

0 comments:

Post a Comment