300x250 AD TOP

11.2.15

Tagged under: ,

Amr ibn al-Ash : Diplomat penakluk Mesir

Sejarah Sahabat Nabi Lengkap
jejakperadaban.com | Sejarah Sahabat Nabi
Amr ibn al-Ash : Sang penakluk Mesir

Amr ibn al-Ash, seorang sahabat Quraisy keturunan Bani Sahmi. Ayahnya bernama al-Ash ibn Wail ibn Hasyim ibn A'id ibn Sahm dan ibunya bernama Salma binti Harmalah atau lebih dikenal dengan julukan al-Naabighah (wanita bijak). Nama panggilan Amr adalah Abu Abdillah atau Abu Muhammad.

Awalnya, ia adalah orang yang sangat membenci Rasulullah saw. dan kaum muslimin. Kaum Quraisy pernah mengutusnya ke negeri Absinia (Habasy) sambil membawa berbagai hadiah untuk membujuk raja Najasy agar mau memulangkan kaum muslimin yang sedang berhijrah ke negeri tersebut. Tetapi misinya itu gagal karena Raja menolak untuk memulangkannya karena beberapa alasan, yang akhirnya membuat hadiah dari kaum Quraisy yang dibawa Amr dikembalikan. Atau sebagaimana kisahnya yang bisa dibaca disini.

Singkatnya, cahaya hidayah menerangi hati dan pikiran Amr sehingga ia memutuskan untuk pergi ke Madinah menemui Rasulullah saw. Di perjalanan menuju Madinan, ia bertemu dengan Khalid ibn al-Walid dan Utsman ibn Thalhah, yang juga berniat menemui Nabi saw. Amr bertanya, "Kalian berdua hendak kemana?"

Mereka berdua menjawab, "Kami hendak menemui Muhammad untuk bersyahadat."

Amr senang mendengar jawaban mereka. Ia berujar, Aku pun pergi untuk tujuan yang sama!" Akhirnya, ketiga orang pemuka Quraisy itu berangkat bersama-sama menuju Madinah. Ketika Rasulullah saw. mendengar kedatangan mereka, beliau bersabda kepada para sahabat, Makkah telah datang menemui kalian dengan membawa para puteranya." Peristiwa keislaman mereka terjadi setelah Perjanjian Hudaibiyah. Setelah mengucapkan syahadat di hadapan Rasulullah saw., Amr menanyakan bagaimana cara menebus dosa-dosanya di masa lalu? Rasulullah bersabda, "Islam dan Hijrah memutuskan dosa-dosa yang telah lalu." (Musnad al-Imam Ahmad 13/135).

Ibn Abi Mualaikah meriwayatkan dari Thalhah ibn Ubaidillah bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sungguh, Amr ibn al-Ash termasuk orang yang baik dari suku Quraisy."

Amr menjadi juru runding bagi Muawiyah berhadapan dengan Abu Musa al-Asy'ari yang menjadi juru runding bagi Ali. Mereka sepakat mencopot Ali dan Muawiyah dari kekhalifahan. Setelah Abu Musa mencopot Ali dari jabatan khalifah, Amr berdiri kemudian mengangkat Muawiyah sebagai khalifah. Setelah menyadari bahwa Amr telah memperdaya dirinya, Abu Musa pergi meninggalkan semua orang.

Amr adalah orang yang cerdik dan banyak akal. Dikisahkan bahwa dalam sebuah peperangan, salah seorang panglima pasukan Romawi, Arthaphoon mengundang Amr ibn al-Ash ke bentengnya untuk berbincang-bincang. Sebelum itu, sebetulnya Arthaphoon telah memerintahkan salah seorang dari pasukannya untuk menimpahkan batu pada Amr ketika ia keluar dari benteng.

Dalam perbincangan itu, Arthaphoon memuji kecerdasan dan kecerdikan yang dimiliki Amr ibn al-Ash. Di ujung pembicaraan, Arthaphoon diberikan hadiah kepada Amr sebagai ungkapan rasa senangnya. Ketika hendak keluar dari benteng, Amr melihat gerakan-gerakan mencurigakan dari pasukan Romawi, seketika Amr berpikir bahwa mereka siap membunuhnya. Karena itu, ia menghentikan langkahnya dan kembali menemui Arthaphoon. Ketika keduanya berhadapan, Arthaphoon bertanya kepada Amr, "Kenapa engkau kembali?"

Amr menjawab, "Tuanku, aku lupa mengabarkan bahwa aku punya sepuluh orang sahabat, dan di antara mereka, aku adalah yang paling bodoh dan paling rendah kecerdasannya. Mereka adalah kepercayaan pimpinan kami. Pemimpin kami tidak mengambil suatu keputusan kecuali ia telah bermusyawarah dengan mereka. Pemimpin kami juga tidak akan mengirimkan sepasukan kecuali atas persetujuan mereka. Ketika aku merasakan kebaikan Tuan, aku ingin sekali membawa mereka untuk berbincang bersama Tuan, agar Tuan dapat mendengar langsung pembicaraan mereka dan mereka pun dapat hadiah seperti yang aku dapatkan."

Tentu saja Arthaphoon senang mendengar ujaran Amr. Menurutnya, itu merupakan kesempatan emas untuk menghancurkan musuhnya. Ia berpikir, bahwa dengan mengalahkan sepuluh orang bijak tersebut, berarti ia tidak perlu bersusah payah mengalahkan musuhnya. Maka, Arthaphoon memberikan isyarat kepada pasukannya agar membiarkan Amr pergi dengan selamat.

Di depan gerbang benteng, kuda tunggangan Amr setia menunggu tuannya. Ketika ia naik, kuda itu meringkik keras sambil mengangkat kaki depannya seakan-akan mengejek keluguan dan kotololan Artaphoon, sang panglima Romawi.

Pada masa kekhalifahan Umar ibn al-Khaththab, Amr ibn al-Ash diperintahkan untuk membebaskan Mesir dai cengkeraman Romawi. Menyadari kekuatan Roma, Amr meminta khalifah untuk mengirimkan bala bantuan. Khalifah mengirimkan 4000 pasukan dengan 4 diantaranya sebanding dengan 1000 pasukan; mereka adalah al-Zubayr al-Awwam, Ubadah ibn al-Shamit, al-Miqdad ibn al-Aswad, dan Maslamah ibn Mukhlad. Akhirnya kaum muslimin mendapatkan kemenangan dan dapat membebaskan Mesir.

Ketika terjadi fitnah antara Ali dan Muawiyah, Amr berada di pihak Muawiyah. Ketika mendengar Amar ibn Yasir akan gugur, ia teringat sabda Rasulullah, "Amar akan dibunuh oleh golongan yang berdosa." Amr berkata, Seandainya aku mati dua puluh tahun lebih awal sebelum kejadian ini."

Wallahu a'lam.[]

0 comments:

Post a Comment